Selasa, 25 Oktober 2016

Evi Kurniasih
2014-71-093
Sesi 27
Tugas Kewirausahaan "Tokoh yang menginspirasi dalam wirausaha"

Bagi yang belum mengenal nama ini, mungkin Anda lebih mengenal “kripik setan” Maicih. Ya, Reza Nurhilman adalah nama pemuda yang berada di belakang produk keripik singkong ekstra pedas yang populer itu. Reza memulai bisnis keripik singkong ini pada pertengahan 2010 seorang diri saat berusia 23 tahun dengan modal awal 15 juta rupiah. Untuk bisnisnya ini, ia menggandeng satu produsen keripik lokal di Bandung.
Reza mengawali bisnisnya ini dengan melakukan pemasaran sederhana, yakni melalui platform media sosial, Twitter, sebelum mengembangkan sayap dengan menerapkan sistem keagenan yang menggunakan istilah Jenderal agar produknya bisa menggapai konsumen yang lebih luas. Para Jenderal ini memasarkan produknya dengan cara berkeliling atau nomaden.
Pemuda kelahiran Bandung 28 tahun yang lalu ini mengaku kunci kesuksesannya terletak pada cara berpikirnya yang out of the box, yaitu dengan tidak membuka toko seperti kebanyakan penjual sehingga membuat produknya eksklusif.  Melalui Twitter, para jenderal memberitahu informasi lokasi penjualan setiap harinya. Cara pemasaran yang cukup unik ini terbukti berhasil mengangkat nama Maicih di dunia maya. Baru setengah tahun saja, omzet Maicih bisa mencapai Rp7 miliar per bulan. Angka yang fantastis, bukan?
Jadi dari kisah ini dapat disimpulkan bahwa kesuksesan merupakan hasil dari kerja keras, bukan murni dari bakat. Jika seseorang merasa kurang mempunyai bakat, namun ketika mempunyai tekad untuk bekerja keras, maka segala sesuatunya dapat dilakukan. 

Kamis, 22 September 2016

Kewirausahaan

Evi Kurniasih
2014-71-093
Tugas Kewirausahaan sesi 27

Disini saya akan sedikit share cara membuat nasi goreng yang praktis. Sebelumnya saya akan sedikit cerita awal mula saya ingin membuat nasi goreng.. Hehe.. Yuk mari disimak.

Pada waktu itu saya dirumah sendiri, ibu saya sedang pergi dan dirumah tidak ada makanan. Saya merasa lapar dan bingung ingin makan apa. Dan pada akhirnya saya memutuskan untuk membuat nasi goreng. Karena saya belum terbiasa memasak, saya pun membuat nasi goreng secara praktis yaitu dengan menggunakan bumbu sajiku nasi goreng. Praktis banget cara buatnya hehe.. Pertama tuangkan minyak goreng kedalam penggorengan tunggu hingga memanas setelah itu tuangkan nasi dan bumbu sajiku nasi goreng, aduk hingga merata.. Jadiii deh.. Nyammm..

Begitulah ceritanya..

Sekian.
Terimakasih.

Sabtu, 27 Juni 2015

Hakikat Manusia "Ludwig Feuerbach"

Konsep Proyeksi sang Filsuf Ateis: Ludwig Feuerbach                                                                                            


Feuerbach adalah sang bapa ateis modern yang kelak menginspirasi tokoh- tokoh atheis lain, seperti Karl Marx, Friedrich Nietzsche, Jean- Paul Sartre, dan Sigmund Freud.
MATERIALISME FEUERBACH
Filsafat Hegel menurut Feuerbach adalah “teologi tersamar”. Idealisme Hegel harus diputarbalikkan , karena bukan “roh” yang berkembang, melainkan materi. Hegel berpendapat bahwa yang nyata adalah Allah yang tidak kelihatan, sedangkan manusia hanyalah wayangnya. Padahal yang nyata adalah manusia. Bukan manusia pikiran Allah, tetapi Allah lah pikiran manusia. Bagi Feuerbach, manusia inderawi tidak bisa dibantah, sedangkan roh semesta hanya berada sebagai objek pikiran manusia. Feuerbach menolak gagasan idealisme Hegel juga karena menurutnya adanya alam dapat diketahui lewat pikiran, objek dapat diketahui lewat subjek yang sadar. Akan tetapi darimana munculnya kesadaran itu kalau tidak ada sesuatu yang disadari terlebih dahulu. Dengan kata lain, manusia sebagai subjek menyadari alam dengan cara membedakan dirinya dari alam itu. Artinya, alam adalah dasar bagi kesadaran. Feuerbach mengatakan bahwa alam adalah dasar bagi manusia. Dengan demikian Feuerbach merubah konsep ‘idea’, ‘roh’ dari Hegel menjadi alam material.
Yang disebut “Allah”, adalah suatu mimpi dari manusia. Kata “Allah” harus diganti dengan kata “hakekat manusia”. Agama harus diganti dengan politik. Karena manusia sudah terlalu lama diasingkan dari dirinya sendiri, sekarang, manusia harus dikembalikan kepada dirinya sendiri. Feuerbach tetap menghargai agama, tetapi hanya sebagai ajaran tentang manusia.
Feuerbach mengatakan dalam tulisan Hakekat Agama Masehi bahwa tugas filsafat itu: “mengubah sahabat- sahabat Tuhan menjadi sahabat- sahabat manusia, mengubah kaum beriman menjadi pemikir- pemikir, mengubah orang yang beribadat menjadi orang yang bekerja, mengubah calon- calon untuk surga menjadi murid- murid untuk dunia ini, mengubah orang Kristiani yang menamai dirinya sendiri ‘separuh malaikat, separuh binatang,’ menjadi manusia seratus persen.”
Perintah pertama dan utama adalah: Homo homini Deus est, “manusia adalah allah untuk sesama.” Kalimat ini bisa ditulis:” manusia itu allah untuk sesama”, karena makhluk paling luhur itu adalah manusia.
ALLAH ADALAH PROYEKSI AKAL BUDI MANUSIA BELAKA
Menurut Feuerbach, manusia tidak diciptakan oleh Allah, tetapi Allah diciptakan oleh manusia. Dalam proses ini ada tiga tahap:
  1. Manusia mengalami bahwa dia dapat bertanya terus- menerus, bahwa ia mempunyai kesadaran yang seakan- akan tak terhingga. Kesadaran dapat “memuat” apa- apa saja. Tidak pernah ditemukan batas- batasnya.
  2. “Ketakterhinggaan” yang mula- mula hanya suatu sifat dari kesadaran, akhirnya “dijadikan” sesuatu. Manusia menemukan ketakterhinggaan di dalam dirinya sendiri, dan itu kemudian dianggap sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, di luar manusia. “Ketakterhinggaan” mulai ditulis dengan huruf- huruf besar oleh manusia. “Ketakterhinggaan” dijadikan Allah.
  3. “Allah” ini, yang hanya merupakan ciptaan dari manusia, dihormati dalam kebaktian. Itu berarti bahwa manusia menjadi hamba dari ciptaannya. Manusia memandang dirinya sendiri sebagai ciptaan dari ciptaannya. Atau, ia telah memproyeksikan kebebasannya di luar dirinya sendiri, yaitu atas ciptaannya.
Menurut Feuerbach, manusia kehilangan sesuatu. Ia diasingkan, dialienasikan dari dirinya sendiri. Dan untuk menjadi sembuh dari penyakit alienasi, proses ini harus dibalikkan lagi. Manusia harus mengerti, bahwa Allah hanya merupakan ciptaan dari dirinya sendiri, sehingga ia bukan hamba lagi.
AGAMA BAGI FEUERBACH
Agama menurut Feuerbach merupakan suatu gambaran akan keinginan keinginan manusia yang tak terbatas, yang dibentuk oleh manusia tentang dirinya sendiri dan tidak lebih dari proyeksi hakikat manusia.
Agama itu hanya merupakan perwujudan cita- cita: “Ilusi religius yang terdiri dari suatu objek bersifat imanen pada pikiran kita menjadi lahiriah, mewujudkannya, mempersonifikasikannya. ”Atribut- atribut Ilahi merupakan perwujudan dari predikat- predikat manusiawi, yang tidak sesuai dengan individu manusia sebagai individu, Allah yang kekal, itulah akal budi manusia dengan coraknya yang bersifat mutlak yang sekali lagi merupakan hasil proyeksi manusia.
Kebijaksanaan, karsa, keadilan, cinta kasih, sekian banyak atribut kekal yang seluruhnya merupakan hakikat manusia yang sesungguhnya, dan yang (oleh manusia) diproyeksikan secara spontan di luar dirinya; ia mengobjektifkan hakikat itu dalam suatu subjek fantastis, suatu hasil khayalan semata- mata yang disebutnya Allah. Maka dari itu inteligibilitas tertinggi menjadi sesuatu yang “sungguh- sungguh terdapat di luar pikiran kita, di luar kita, dalam dirinya dan demi dirinya”.
Teori proyeksi dari Feuerbach diambil alih oleh Marx, Nietzsche, Freud, dan Sartre. Tetapi pendapat Feuerbach tentang peranan agama cukup berbeda dari pendapat mereka. Menurut Feuerbach agama mengajar betapa agung manusia. Semua mimpi manusia diberi bentuk dan nama dalam Allah.” Allah itu bukan asal manusia. Manusia justru asal Allah.
KRITIK ATAS TEORI PROYEKSI
  • Sekalipun Feuerbach memakai bermacam- macam dokumentasi, namun dia tidak pernah sungguh- sungguh mengajukan bukti tentang apa yang diakuinya secara tegas. ”Dokumentasinya tidak dipergunakan untuk membangun sesuatu, melainkan untuk mengilustrasikan beberapa tesis yang sudah ditetapkan lebih dahulu. Keputusannya sudah diambil sebelum ia mengangkat pena: agama itu hanya dapat berupa suatu ilusi belaka”.
  • Dia menggunakan gagasan agama dengan cara yang sama sekali tidak membeda- bedakan, dengan menggolongkan semua agama ke dalam ketegori teisme. Dia tidak berusaha untuk membedakan antara Allah menurut iman agama- agama monoteis dan dewa- dewa agama primitif. Dengan demikian, dia tidak menghormati realitas historis kenyataan religious.
  • Dia hendak kembali kepada manusia konkret. Tetapi sesungguhnya, dia hanya membahas manusia sebagai hakikat generik: objek sejati agama, menurutnya, bukanlah Allah, melainkan hakikat manusia ideal. Tentang hal ini Engels kemudian berkata,”kultus manusia abstrak merupakan pusat agama baru menurut Feuerbach.”
  • Adapun kepuasan- kepuasan yang dijanjikan oleh Feuerbach untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kebahagiaan mutlak bersifat khayalan saja. Feuerbach merampas individu konkret (satu- satunya yang bereksistensi) dari rasanya untuk yang mutlak. Dengan demikian, dia memperlihatkan dengan jelas bahwa, jikalau Allah ditolak, ditolak juga semua fundamen yang bisa mendasarkan nilai riil kepribadian manusiawi. Individu konkret tidak masuk hitungan lagi, sedangkan suatu abstraksi, yaitu manusia sebagai jenis, dianggap sebagai realitas yang benar serta sempurna dan mutlak.
  • Prinsip epistemologi yang salah: dia menyatakan sebagai prinsip umum bahwa satu- satunya objek pengetahuan manusia hanyalah kodrat manusia serta atribut- atributnya. Ketika manusia memikirkan “yang tak terbatas”, dia sebenarnya memikirkan ciri tak terbatas dari pikirannya sendiri. Objek akal budi manusia tidak lain daripada akal budi sendiri yang memikirkan dirinya; dan sama halnya dengan kemampuan- kemampuan lain: objek mereka masing- masing adalah mereka sendiri. “Seakan- akan tidak ada lagi objektifitas. Feuerbach mewakili suatu subjektivisme epistemologis yang tidak dapat dipertahankan. Dan subjektivisme ini dijadikan suatu dogma”.
  • Jika Atribut- atribut manusia sebagai hakikat generik itu tak terbatas, sebagaimana dikatakan Feuerbach, maka lalu bagaimanakah manusia memproyeksikan hal itu ke dalam suatu hakikat di luar jenis manusia, untuk mengubahnya menjadi suatu Allah-subjek? Dan jika pengasingan religius itu terikat pada hakikat manusia, maka bagaimanakah Feuerbach dapat menghindarinya?
Pada dasarnya, secara agak teologis, teori tentang dasar ajaran Ateisme yang dicetuskan oleh Feuerbach ini sungguh tidak melihat bahwa Allah memiliki kausalitas Ilahi yang khas dan bermurah hati, yang memberi kepada manusia kebebasan kreatifnya sendiri.
Dengan adanya pandangan pandangan tersebut tentunya dapat memberikan gambaran pada kita bagaimana subjektivitas dari Feuerbach yang dijadikannya sebagai dogma, walaupun pada kemudian hari dipakai oleh orang orang Ateis penerusnya, memiliki aspek aspek yang masih harus diperhatikan, maksudnya adalah konsep proyeksi Feuerbach ini jangan sampai diterima secara mentah tetapi kita harus melihatnya dengan kritis dan dalam kacamata filosofis.

Minggu, 21 Juni 2015

Manusia dan Kebebasan "Jean Paul Sartre"

“KEBEBASAN MANUSIA MENURUT JEAN PAUL SARTRE”

  
A.BIOGRAFI SINGKAT

Jean-Paul Sartre lahir di Paris pada tanggal 21 Juni 1905. Ayahnya perwira angkatan laut Prancis dan ibunya, Anne Marie Schweitzer, anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan dari Charles Schweitzer, seorang guru bahasa dan sastra Jerman di daerah Alsace. Ayahnya meninggal sesudah dua tahun kelahiran Jean-Paul dan ibu bersama anaknya pulang ke rumah ayahnya, Charles Schweitzer, di Meudon. Sesudah empat tahun mereka berpindah ke Paris (Bertens, 2001:81). Saat diasuh oleh kakeknya, Charles Schweitzer sangat menyayangi cucunya, dan menjaganya tetap di rumah serta memberikan pendidikan sendiri sampai berusia sepuluh tahun. Masa pengurungan ini menguntungkan Sartre karena dapat mengasah daya nalarnya melalui buku-buku studi kakeknya (Munir, 2008 :104)
Ketika berusia 17 tahun, Jean-Paul menerima gelar ‘baccalaureate’ (gelar diploma sekolah menengah yang elit) dan ia memulai studi selama 6 tahun di Sorbonne untuk mendapatkan aggregation, ujian yang akan memberinya jalan untuk memasuki karier akademis dalam bidang filsafat. Namun pada tahun 1928 ia gagal dalam aggregation dan mendapatkan peringkat paling akhir di kelasnya (Palmer, 2007:6). Tetapi setahun kemudia Sartre berhasil mendaptkan rangking pertama dalam ujian aggregation-nya, di sini jugalah dia bertemu partner seumur hidupnya, Simone de Beauvoir. Pada masa perang dunia, Sartre bergabung dengan militer Prancis (1939) sebagai seorang meteorologis dan kemudian meninggal pada tanggal 15 April 1980.

 B. AJARAN EKSISTENSIALISME

Sebagai seorang filsuf modern, Sartre memberikan dasar bagi sistem filsafat yang dibangunnya. Dasar itu adalah ‘eksistensi’. Manusia itu bereksistensi. Dasar yang diberikan Sartre untuk filsafatnya dinamakan eksistensialisme. Walaupun aliran ini sudah berkembang sejak zaman Soren Kiekergard, tetapi Sartre-lah yang memasukan nama Eksistensialisme ke dunia filsafat.
Secara umum ciri aliran eksistensialisme adalah sebagai berikut :
a.Eksistensialisme adalah suatu proses atas nama individualis terhadap konsep-konsep,
filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkret.
b.Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal (tanpa
c.kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi, serta gerakan massa. Masyarakat industri cenderung menundukkan orang seorang pada mesin.
d.Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter, baik gerakan fasis, komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan di dalam kolektif atau massa.
 e.Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek (harapan) manusia di dunia.Eksistensialisme menenkankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman
f. kesadaran yang dalam dan langsung. (Muntansyir:2001, 92) 

Secara garis besar eksistensialisme adalah aliran filsafat yang memandang segala-galanya dengan berpangkalan pada eksistensi. Menurut asal kata eks berarti keluar dan sistensi berarti menempatkan atau berdiri. Atau bisa dikatakan juga bahwa yang dimaksud dengan eksistensi adalah cara manusia berada di dunia ini. Cara itu hanya khusus bagi manusia, jadi yang bereksistensi itu hanya manusia. (Driyarkara, 2006a:1281-1282)
  
C.KEBEBASAN MANUSIA MENURUT SARTRE 

Manusia adalah kebebasan, kata Sartre. Dengan mengatakan ini Sartre ingin memberikan sebuah penjelasan kepada manusia bahwa dirinya adalah kebebasan itu sendiri. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa manusia dapat didefinisikan sebagai kebebasan. Dengan mengatakan itu semua Sartre memberikan corak humanisme dalam pemikirannnya. Kebebasan bagi Sartre berarti menentukan sebuah pilihan dari sekian banyak pilihan yang lain. Manusia pada dasarnya bebas untuk mengadakan suatu pilihan atas jalan hidupnya sendiri tanpa harus didikte oleh orang lain.
Namun, kebebasan bukan berarti ”lepas sama sekali” dari kewajiban dan beban. Menurut Sartre, kebebasan adalah sesuatu yang erat kaitannya dengan tanggung jawab, dan tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian Sartre sebenarnya ingin mengatakan bahwa sebenarnya kebebasan yang dimiliki oleh manusia itu juga menuntut adanya suatu tanggungjawab. Tanggungjawab melekat pada kebebasan yang dimiliki oleh manusia.
Ia menggagas kebebasan untuk menegaskan idealismenya bahwa manusia adalah makhluk di mana eksistensi mendahului esensi, artinya manusia itu berada dulu baru ada. Konsep ini mengandaikan bahwa manusia itu pada awalnya adalah kosong dan tidak memiliki apa-apa. Tetapi kekosongan itu kemudian diisi oleh karena kebebasannya untuk memilih. Untuk lebih jelas dalam menggambarkan hal itu dalam buku Filsafat Barat Kontemporer K. Bertens menggambarkannya dengan sebuah gelas. Gelas yang biasanya kita gunakan sebagai alat atau benda untuk minum mempunyai ciri-ciri tertentu. Si tukang yang membuat gelas itu sebelumnya sudah tahu apa yang akan ia buat. Gambaran itu ingin menunjukkan tentang esensi dari benda itu.
Kebebasan manusia tampak dalam kecemasan. Kecemasan menyatakan kebebasan, seperti halnya rasa muak. Dengan kecemasan ini dimaksudkan bahwa manusia ketika mengatakan “tidak” atau “ya” itu seutuhnya bergantung pada manusia itu sendiri. Keputusan akhir ada dan ditentukan oleh manusia itu sendiri dan bukan ditentukan oleh orang lain, atau sesuatu yang lain di luar dirinya. Dengan kata lain keberadaannya (eksistensinya) bergantung pada dirinya sendiri. Keputusan untuk mengatakan “tidak” atau “ya” ini dapat ditentukan oleh manusia karena pada kenyataannya manusia dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya bila ia dihadapkan pada suatu pilihan. Dalam hal ini Sartre memberikan sebuah contoh yaitu ketika manusia dihadapkan pada suatu jurang. Manusia dapat menentukan pilihan dan keputusan bagi dirinya sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Manusia berhak memilih untuk tetap hidup, bila ia melangkah mundur dan menjauhi jurang atau mati bila ia mengambil keputusan untuk terjun ke jurang tersebut. Dengan ini mau dikatakan bahwa keputusan yang akan diambil oleh manusia seluruhnya hanya bergantung pada dirinya sendiri.
Ada juga kecemasan yang menyangkut masa lampau. Sartre memberi contoh sebagai berikut. Seorang pemain judi telah mengambil keputusan tidak akan bermain judi lagi tetapi keesokan hari ia berada lagi di tempat perjudian. Ia teringat akan keputusan pada hari sebelumnya dan mulai menyadari bahwa “ketiadaan” memisahkan dia dari masa lampaunya. Pada saat ini manusia harus memutuskan sebuah keputusan dengan seolah-olah ia tidak pernah mempunyai sebuah keputusan sebelumnya. Kecemasan muncul karena manusia merasa bahwa keputusan yang telah diambilnya itu ternyata tidak efektif bagi dirinya. Lebih lanjut ia merasakan kecemasan karena jangan-jangan keputusan yang akan diambilnya untuk selanjutnya tidak mempunyai dasar yang kokoh.


Jumat, 05 Juni 2015



"Auguste Comte"


        Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte yang lebih dikenal dengan Auguste Comte, lahir di Montpellier, Perancis 17 Januari 1798, meninggal di Paris, Perancis 5 September 1857 pada umur 59tahun. Auguste Comte adalah seorang filsuf perancis yang dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu Sosiologi serta aliran positivisme. Melalui positivisme, Comte membangun dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai sarana dalam memperoleh kebenaran.

     Auguste Comte setelah bersekolah di Montpellier, ia melanjutkan pendidikannya di Ecole Polytechnique di Paris. Ecole Polytechnique saat itu terkenal dengan kesetiaannya idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada tahun 1816, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan Ecole dan melanjutkan pendidikannya disekolah kedokteran Montpellier.

     Pada bulan agustus 1817, dia menjadi murid sekaligus sekretaris dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang kemudian membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824, Comte meninggalkan Simon karena merasa ada ketidakcocokan dalam hubungannya. Kemudian yang selanjutnya ia lakukan adalah meneliti tentang filosofi positivisme. Rencanannya ini kemudian dipublikasikan dengan nama Plan de trauvax scientifiques necessaires pour reorganiser la societe(1822) : Rencana studi ilmiah untuk pengaturan kembali masyarakat. Comte gagal mendapatkan posisi akademis sehingga menghambat penelitiannya.

     Comte menikahi seorang wanita, dia dikenal arogan, kejam, dan mudah marah, sehingga pada tahun 1826 dia dibwa ke rumah sakit jiwa, tetapi dia kabur sebelum kondisinya sembuh. Kemudian kondisinya distabilkan oleh Massin, lalu ia mengerjakan kembali apa yang direncanakannya dulu. Namun pada tahun 1842 ia bercerai dengan Massin. Setelah itu dia mempublikasikan bukunya yang berjudul Le Cours de Philosophie Positivistic.

     Pada tahun 1844 Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux, dalam hubungan yang tetap paltonis. Setelah Clotilde wafat, kisah cinta ini menjadi quasi-religius. Tak lama setelahnya, Comte menerbitkan bukunya yang berjudul Systeme de politique positive (1851-1854). Comte wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetiere du Pere Lachaise.

"LATAR BELAKANG PEMIKIRAN AUGUSTE COMTE"

Untuk memahami pemikir sintetis seperti halnya Comte, adalah penting bagi kita untuk mengenal sejauh mungkin berbagai sumber yang menjadi latar belakang pemikirannya. Hal ini terutama karena Comte adalah Filsuf yang telah berhasil untuk mensintesakan didalam dirinya berbagai hasil pemikiran dari berbagai ahli pikiran yang mendahuluinya. Ada beberapa sumber penting yang menjadi latar belakang yang menentukan jalan pikiran Comte, yaitu:
  1. Revolusi perancis dengan segala aliran pikiran yang berkembang pada masa itu. Comte tidaklah dapat dipahami tanpa latar belakang revolusi perancis dan juga Restorasi Dinasti Bourbon di Perancis yaitu pada masa timbulnya krisis sosial yang maha hebat dimasa itu. Sebagai seorang ahli pikir, Comte berusaha untuk memahami krisis yang sedang terjadi tersebut. ia berpendapat bahwa manusia tidaklah dapat keluar dari krisis sosial yang terjadi itu tanpa melalui pedoman – pedoman berpikir yang bersifat scientific. Maka revolusi itu merupakan stimulus bagi pikiran Comte sendiri,
  2. Sumber lain yang menjadi latar belakang pemikiran Comte adalah filsafat sosial yang berkembang di Perancis pada abad ke-18. Khususnya filsafat yang dikembangkan oleh para penganut paham encyclopedist ini, terutama dasar – dasar pikirannya, sekalipun kelak ia mengambil posisi tersendiri setelah keluar dari aliran ini.
  3. Sumber lainnya adalah aliran reaksioner dari para ahli pikir Thoecratic terutama yang bernama De Maistre dan De Bonald. Aliran reaksioner dalam pemikiran Katolik Roma adalah aliran yang menganggap bahwa abad pertengahan kekuasaan gereja sangat besar, adalah periode organis, yaitu suatu periode yang secara paling baik dapat memecahkan berbagai masalah – masalah sosial. Aliran ini menentang pendapat para ahli yang menganggap bahwa abad pertengahan adalah abad di mana terjadinya stagmasi didalam ilmu pengetahuan, karena kekuasaan gereja yang demikian besar di segala lapangan kehidupan. Comte telah membaca karya – karya pemikir Theocratic dibawah pengaruh Sain– Simont sebagaimana diketahui Sain– Simont juga menganggap bahwa abad pertengahan adalah periode organic yang bersifat konstruktif.
  4. Sumber terakhir yang melatarbelakangi pemikiran Comte adalah lahirnya aliran yang dikembangkan oleh para pemikir sosialistik, terutama yang diprakarsai oleh Sain– Simont. Comte telah membangun hubungan yang sangat erat dengan Sain– Simont dan juga dengan para ahli pikir sosialis Prancis lainnya. Comte di suatu pihak akan membangun pengetahuan sosial dan dipihak lain akan membangun kehidupan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat scientific. Sebenarnya Comte memiliki sifat tersendiri terhadap aliran ini, tetapi sekalipun demikian dasar – dasar aliran masih tetap dianutnya terutama pemikiran mengenai pentingnya suatu pengawasan kolektif terhadap masyarakat, dan mendasarkan pengawasan tersebut didalam suatu dasar yang bersifat scientific.
Comte adalah penyumbang terbesar untuk membangun sosiologi sebagai suatu ilmu. Dalam buku filsafat positifnya, yang pada dasarnya merupakan suatu buku tentang filsafat ilmu pengetahuan dan uraian tentang itu telah mengambil tempat paling banyak dalam bukunya itu. Comte menguraikan metoda – metoda berpikir ilmiah. Comte mengatakan bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya tidak lebih dari pada suatu perluasan metode yang sangat sederhana dari  akal sehat, terhadap semua fakta– fakta yang tunduk kepada akal pikiran manusia. Comte sangat mendasarkan seluruh pemikirannya kepada perkembangan atau kemampuan akal pikiran atau intelegensi manusia. Dengan cara berpikir seperti ini nantinya akan melahirkan banyak kritik terhadap Comte dengan filsafat positif yang dikembangkannya.

Sabtu, 23 Mei 2015

NIETZSCHE

Nietzsche "Manusia dan kehendak berkuasa"


Friederich Nietzsche dilahirkan oleh keluarga yang taat pada agama. Ayahnya adalah seorang pendeta terkemuka sedangkan ibunya adalah oenganut agama Kristen yang taat. Garis panjang kependetaan membentang dari keluarga ayahnya. Pola hidup lebih teratur ketimbang seorang Immanuel Kant. Kematian ayahnya yang masih relative muda, membuat pola asuh ibunya lebih dominan.
Teman-teman sekolah memanggil Nietzsche dengan sebutan “Pendeta Kecil” bahkan beberapa ada yang menggambarkannya sebagai “serang Jesus yang hidup kesepian di Biara”. Nietzshe memiliki kesenangan membaca Bible atau membacakannya untuk orang lain agar mereka memcucukan air mata. Dalam dirinya terdapat semangat, kehormatan dan kebanggaan. Nietzsche menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari “perlengkapan” fisikal dan inteletual, agar maskulinitas yang diidealkannya semakin kokoh dan kuat.
Nietzsche mengembangkan filsafat etika berdasarkan teori evolusi. Baginya kalau hidup adalah perjuangan untuk bereksistensi dimana organisme yang paling pantas untuk hiduplah yang berhak untuk terus melangsungkan kehidupannya, maka kekuatan adalah kebajikan yang utama dan kelemahan adalah kebburukan yang memalukan. Yang baik adalah yang mampu melangsungkan kehidupan, yang Berjaya dan menang yang buruk adalah yang tidak bisa bertahan, yang terpuruk dan kalah.
Hidup adalah medan laga tempat seluruh makhluk bertarung agar bisa terus melangsungkan hidupnya. Dan dalam pertarungan yang kita namakan kehidupan itu, kita tidak memerlukan kebaikan melainkan kekuatan; yang dibutuhkan dalam hidup bukanlah kerendahan hati melainkan kebanggaan diri; bukan altruism, melainkan kecerdasan yang amat tajam. Dan hukum bukanlah hukum yang dibuat oleh manusia, melainkan hukum yang dibuat oleh alam: kesaaan dan demokrasi bertentangan dengan kenyataan seleksi alam dan kelangsungan hidup; keadilan berlawanan dengan kekuasaan yang merupakan wasit sejati dari seluruh perbedaan dan seluruh nasib makhluk hidup.

Terlampir PowerPoint Pemikiran NIETZSCHE

Sabtu, 25 April 2015

"Arthur Schopenhauer"

Komentar Kehidupan Arthur Schopenhauer


Tanggapan terhadap pemikiran Schopenhauer akan berkisar pada dua hal : diagnose medis terhadap zaman dan manusianya sendiri. Diagnose terhadap manusianya bisa dimulai dari pengakuan Schopenhauer, bahwa kebahagian manusia tergantung pada keberadaannya, dan bukanlah pada lingkungan luarnya. Pesimisme adalah tuduhan yang dilancarkan oleh orang yang pesimis. Dari keadaan jasmani yang sakit dan jiwa yang neurotic, dan kehidupan waktu senggang yang kosong dan suasana hati yang muram, muncullah fisiologi filsafat Schopenhauer.
Nirwana adalah cita-cita dari seorang manusia yang tampah gairah, yang memulai hidupnya dengan menginginkan terlampau banyak hal, dengan mengejar satu skala dalam satu nafsu. Dan kemudian, setelah nafsunya hilang, menghabiskan sisa hidupnya dalam kebosanan yang tampah gairah dan lekas marah. Kalau intelek muncul sebagai pelayan kehendak, maka sangat mungkin bahwa hasil dari intelek tersebut (yakni, filsafat Schopenhauer) adalah tirai dan apologi dari kehendak yang sakit dan lamban. Dan tidak diragukan lagi bahwa pengalaman awalnya dengan perempuan dan laki-laki mengembangkan satwa sangka dan sensfitas yang abnormal, sebagaimana Stendhal, Flaubert, dan Nietzsche. Ia menjadi sinis dan soliter. Ia menulis : “seorang sahabat yang hadir hanya jika perlu sesuatu, sessungguhnya bukanlah seorang sahabat; ia hanyalah seorang tukang pinjam” dan, “janganlah bercerita kepada teman sesuatu yang akan kau sembunyikan dari musuh.”
Tentu saja ada unsure egotism dalam pesimisme : dunia tidak cukup baik buat kita, dan lalu kita menutup mata, hidung, dan telinga kita dengan berfilsafat. Akan tetapi hal itu bertentangan dengan kenyataan sesungguhnya. Seperti yang diungkapkan oleh Spinoza, “segala puja dan puji dan caci maki moral kita tidak relevan diterapkan pada cosmos (dunia) sebagai suatu keseluruhan.”
Salah satu sebab dari pesimisme, baik pada Schopenhauer maupun pada zamannya, terletak pada sikap-sikap dan pengharapan-perngharapannya. Pemujaan dan pembebasan yang romantic untuk perasaan, naluri dan kehendak, serta caci maki romantic pada intelek, pembatasan, keteraturan, justru membalik menghukum mereka.
Orang sehat tidak menuntut kebahagiaan yang sama banyaknya dengan kesempatan untuk menggunakan kemampuan-kemampuannya; dan kalau ia harus membayar hukuman untuk kebebasan dan kekuatannya, ia akan membayar dengan senang hati; hukuman itu tidak terlampau mahal bagi dirinya.
Apakah kesenangan merupakan hal yang negative? Hanya jiwa yang terluka, yang menarik diri dari perhubungan dengan dunia, yang menghujat kehidupan. Apakah kesenangan kita merupakan perbuatan yang tidak selaras dengan naluri-naluri kita? dan apakah dengan menarik diri kita mendapat kesenangan lain yang tidak negative? Kesenangan dari menarik diri atau melarikan diri, dari kepatuhan dan keamanan, dari kesendirian dan ketenangan, adalah sesuatu yang negative, karena naluri-naluri yang memaksa kita untuk berbuat demikian adalah negative. Padahal, kehidupan itu sendiri adalah sesuatu kekuatan yang positive, dan setiap fungsi dari bagian-bagian kehidupan yang menjanjikan kesenangan yang tak terkira.

PowerPoint Ajaran Filsafat Arthur Schopenhauer :
https://drive.google.com/open?id=0B8V2aUTQwnLZcWhMYlpVV1phR2c&authuser=0